DONASI

Rabu, 15 Januari 2014

Fetih 1453

Film yang rilis di awal tahun 2013 ini sangat saya rekomendasikan bagi kalian pecinta sejarah. Latar belakang cerita terjadi di abad 15 di kawasan Negara Turki sekarang, dulu masih bernama Ottoman, yang ber-ibukota di Edirne dan Byzantium, yang ber-ibukota di Konstantinopel. Sesuai judul, secara garis besar bercerita tentang seorang sultan Ottoman, Mehmed II atau yang bergelar Muhammad Al Fatih dan proses penakhlukan kerajaan Byzantium.

Ottoman merupakan sebuah kerajaan besar yang memiliki kekuasaan di kawasan timur tengah dan sebagian afrika utara. Kehidupan masyarakatnya bercorak islam walaupun banyak diantaranya yang beragama selain islam. Byzantium, atau sering disebut Romawi timur merupakan sebuah kerajaan besar yang berkuasa atas wilayah eropa timur. Kerajaan ini bercorak Kristen ortodok dan enggan tunduk terhadap pengaruh katholik di Vatikan.

 Sejak awal mula kelahirannya, tanda – tanda kehancuran kota konstantinopel sudah diramalkan oleh pendeta setempat, seperti hilangnya cahaya di Hagia Sofia. Fatih kecil tumbuh laiknya anak bangsawan Ottoman,  hidup berkecukupan namun kurang dekat dengan sang ayah, sultan Mehmed I. Sang ayah terlalu sibuk mengurus kerajaan yang kelak akan menjadi sebuah imperium besar.

Di usia muda, ia tumbuh menjadi seorang cendekia, pandai bermain pedang dan panah serta memiliki pengetahuan agama yang mendalam. Sebuah riwayat mengatakan, ia tak pernah lupa sholat malam dan menyempurnakan sholat wajib dengan sholat rawatib. Keteguhan yang membawanya menakhlukan Byzantium dalam 40 hari peperangan.

 Drama peperangan sangat kental di film berdurasi 2 jam lebih ini. Penonton akan disuguhkan bagaimana strategi perang seorang Muhammad al Fatih. Mulai dari pembuatan meriam raksasa dan bom bawah tanah untuk meruntuhkan dinding Golden Hoen, salah satu benteng kota Konstantinopel. Sampai kepada kisah heroik sang panglima perang, Hassan, anak seorang tentara andalan Ottoman.

Pada awal penyerangan ke dinding kota, terjadi beberapa kegagalan, karena gagalnya pasukan penggali bom bawah tanah mencapai dinding kota. Ditambah dengan kesigapan pasukan Byzantium di belakang dinding. Pada minggu pertama penyerangan, pasukan Ottoman mengalami kekalahan.

Puncak dari konflik terjadi di hari ke 40, saat pasukan Ottoman gagal menembus tembok Konstantinopel, sedang pasukan Ottoman sudah mengalami kelelahan fisik. Situasi diperburuk dengan adanya pengkhianatan dari beberapa pasukan kerajaan di bawah Ottoman, mereka balik ke timur tengah dan membakar kapal armada pengangkut pasukan yang tersisa. Fatih pun marah besar dan mengurung diri selama beberapa hari di dalam tenda, hingga seluruh pasukan merasakan keresahan.

Karena kondisi tersebut, penasehat kerajaan memanggil syekh, guru spiritual kerajaan, orang yang paling dihormati Al Fatih setelah sang ayah. Sang guru mengajak Fatih berjalan ke sebuah tempat dimana seorang panglima Ottoman yang gagal merebut Konstantinopel dikuburkan. Sang syekh berkata “mengapa ia memilih dikubur di dekat dinding kota? Karena ia ingin suatu saat Ottoman mampu merebutnya dan ia tak mati sia-sia karena meninggalkan peperangan”. Di dekat lokasi pemakaman, Al Fatih menemukan sebuah tasbih milik sang panglima.

Muhammad Al Fatih Mengimami Sholat
Fikiran jernih Al Fatih kembali, ia menyadari pantang bagi seorang bangsawan lari dari peperangan, sekalipun mati, ia mati terhormat dan kunci dari ketenangan adalah pengamalan nilai agama. Syekh kembali berkata “kalau kamu kembali ke Edirne, seumur hidup kamu tak akan sanggup mengumpulkan pasukan sebesar sekarang. Kesempatanmu hanya sekali”. Mendengar perkataan syekh, Fatih kemudian mengatur strategi perang dan mengobarkan semangat kembali ke lebih dari seratus ribu pasukan.

Disisi lain, saat pemimpin Byzantium merayakan kekalahan Al Fatih, pasukan Ottoman sibuk membuat kapal untuk berpindah lokasi penyerbuan ke dinding Golden Hoen, dinding yang dinilai paling lemah. Dalam pidatonya, Fatih menegaskan kepada pasukannya, mereka pasti akan menang, pantang mundur kebelakang sebelum maju berperang. Dan mengakhiri pidato tersebut dengan takbir pengobar semangat “Allohu Akbar”.

Penyerangan kali ini berbuah manis, bom bawah tanah mampu meruntuhkan dinding pertama dan meriam raksasa menghancurkan dinding kedua, tembok beteng Konstantinopel telah terbuka. Peperangan terbuka pun berlangsung dramatis. Hingga akhirnya panglima perang Byzantium berhasil dibunuh oleh Hassan.

Hassan Menancapkan Bendera Ottoman 
di Menara Beteng Kota Konstantinopel
Sebuah adegan dramatisasi terjadi. Hassan yang membawa bendera kebesaran Ottoman berhasil mencapai puncak menara beteng kota. Tetapi dari arah samping beberapa pemanah menancapkan anak panah ke tubuh kekar Hassan, sontak Hassan tertatih untuk berdiri. Namun semangat Hassan tak runtuh bahkan di detik-detik kematiannya. Sebelum ia benar-benar meninggal, ia berusaha menancapkan bendera Ottoman di menara kota. Akhirnya bendera Ottoman berhasil berkibar sekaligus pertanda kemenangan.

Raja Konstantin meninggal dalam peperangan, seluruh penasehat dan kalangan kerajaan Byzantium di pulangkan ke eropa disertai kendaraan dan perbekalan yang cukup. Sikap teladan ditunjukan oleh Muhammad Al Fatih, ia tak membunuh tawanan, sesuai perintah agama. Dan ketika memasuki gereja Hagia Sofia, ia berkata kepada seluruh umat Kristen Ortodok yang berlindung disana “sejak saat ini, hidup kalian, harta kalian, kepercayaan kalian menjadi bagian dari kami. Tak ada harta yang kami rampas, kami jamin kepercayaan dan ibadah kalian, selama kalian tidak mengganggu satu sama lain”.

Perkataan yang membuat pemuka agama Kristen Ortodok meneteskan air mata. Ia tak menjumpai kebengisan dan kerakusan dalam diri seorang Al Fatih. Posisi sebagai penguasa tak membutakan untuk menindas mereka yang lemah. Dan begitu seharusnya bagaimana kita bersikap terhadap agama selain Islam, penuh kelembutan dan keramahan, sesuai yang diajarkan oleh Rasulalloh, Muhammad (pbuh). 



Share This

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Apakah anda tertarik dengan forum ini? Hubungi kami di 085642337440 -wahyu-. Salam Akhlak Mulia.



Designed By @wahyunurrohim