DONASI

Rabu, 15 Januari 2014

Khazanah Ensiklopedia Islam : Membaca Al Qur’an

Khazanah Ensiklopedia Islam : Membaca Al Qur’an
Edisi Jum’at, 3 Januari 2014.

 Membaca Al Qur'an

Jika ada pertanyaan buku apa yang paling banyak dimiliki di dunia? Jawabannya Al Qur’an. Jika ada pertanyaan buku apa yang paling banyak dibaca di dunia? Jawabannya adalah Al Qur’an. Dan jika ada pertanyaan buku apa yang paling berpengaruh di dunia? Tentu saja jawabannya Al Qur’an. Al Qur’an merupakan buku yang paling banyak dimiliki, dibaca dan berpengaruh di dunia.

 Khazanah episode kali ini membahas tentang sejarah penyusunan naskah mushaf Al Qur’an dan berbagai macam metode pengajarannya. Al Qur’an merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah melalui perantara malaikat Jibril kepada Rasulallah.

Surah Al – ‘Alaq ayat 1-5 merupakan wahyu pertama yang disampaikan Jibril kepada Muhammad di guwa Hira. Ketika itu Jibril berkata, “ Iqro’ “ bacalah, kemudian Muhammad berkata, “aku tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi, “ Iqro’ ”, Muhammad tetap menjawab, “aku tak bisa membaca”, dan untuk ketiga kalinya Jibril kemudian berkata,

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan (1), Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2). Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Mulia (3). Yang mengajar (manusia) dengan kalam –pena– (4). Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya (5).”
           Setelah wahyu pertama tersempaikan, sampai kurang lebih 23 tahun kedepan Jibril kerap mendatangi Rasulallah untuk menyampaikan wahyu Allah sampai Al Qur’an selesai disampaikan, saat peristiwa haji wada’ dengan turunnya ayat ke-3 surah Al Maa’idah.

Al Qur’an diturunkan ditengah-tengah masyarakat Quraishy yang sebagian besar masyarakatnya tidak bisa membaca. Namun, dibalik kekurangan tersebut, masyarakat arab saat itu terkenal akan kepandaiannya menghafal dan memiliki tingkat pemahaman ilmu syair yang tinggi. Karena itu-lah nabi awalnya tidak bisa membaca namun sangat pandai menghafal.

Pada masa wahyu Al Qur’an turun selama 23 tahun, beberapa sahabat dipercaya Rasulallah untuk menuliskan ayat Al Qur’an di batu, tulang, maupun kulit hewan. Seperti Ali bin Abi Thalib, Mu’awiyah, dan Zaid bin Tsabit. Sedang Rasulallah didatangi setiap sebulan sekali oleh malaikat Jibril untuk mengecek hafalan Al Qur’an nabi. Sehingga keaslian Al Qur’an akan tetap terjaga.

Penyusunan Mushaf

Sepeninggalan Rasulallah, pada saat kekhalifahan Abu Bakar terjadi peperangan dahsyat antara kaum muslimin melawan pemurtadan –keluar dari Islam– yang dipimpin seorang nabi palsu, Mushailamah. Usai perang, banyak sahabat penghafal Al Qur’an yang syahid. Kecemasan membelenggu  Umar bin Khattab karena semakin sedikitnya sahabat penghafal Al Qur’an.

Karena kondisi tersebut, Abu Bakar lantas membuat tim khusus penulisan mushaf Al Qur’an yang di isi oleh sahabat Zaid bin Tsabit. Walaupun Zaid seorang hafidz, namun dia tak serta merta menuangkan hafalannya kedalam mushaf. Dia tetap menuliskan Al Qur’an berdasarkan tulisan otentik zaman Rasulallah dan diiringi dengan hafalannya. Akhirnya tersusunlah Al Qur’an kedalam satu mushaf dan disimpan dengan baik oleh ummul mukminin, Hafshah binti Umar.

Semasa khalifah Utsman bin Affan, kekuasaan islam sudah mencapai daerah di luar arab. Kondisi yang berkembang ialah, masyarakat islam yang jauh dari madinah mempelajari Al Qur’an dari kabilah dagang madinah. Ketika mereka bertemu dengan kabilah dagang islam lainnya, mereka heran karena menjumpai ketidakcocokan dengan yang ia dapatkan sebelumnya.

Puncaknya, seorang muslim dari Yaman melaporkan terjadinya kerancuan tentang pembacaan ayat Al Qur’an disana. Oleh karena itu, Utsman bergegas meminta mushaf yang dibawa oleh Hafshah untuk kemudian disalin ulang sebanyak tujuh kali oleh Zaid. Keenamnya dijadikan rujukan penyalinan Al Qur’an dan dikirim ke daerah Mekkah, Syam, Yaman, Basrah, Iraq, Bahrain dan satu lagi disimpan di kota Madinah.

Peristiwa tersebut sejatinya sudah di tetapkan dalam Al Qur’an surah Al Hijr ayat 9,

“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al Qur’an, dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya*”
*ayat ini memberikan jaminan tentang kesucian dan kemurnian Al Qur’an selama-lamanya.
Pada perkembangannya, Al Qur’an mengalami perkembangan. Namun BUKAN pada perubahan ayat dan makna Al Qur’an, tetapi lebih kepada harakat/tanda baca agar Al Qur’an lebih mudah dipelajari dan di ajarkan kepada orang lain.

Metode Pengajaran Al Qur’an

Ada banyak metode pengajaran Al Qur’an yang berkembang dari waktu ke waktu, semuanya di sesuaikan dengan lokasi, waktu dan masyarakat itu sendiri. Berikut beberapa metodenya :

1.      Metode Baghdadiyah
Merupakan metode belajar Al Qur’an yang berkembang di Baghdad, Iraq pada zaman dinasti Abbasyah. Metode ini mengajarkan Al Qur’an dari beberapa hal mudah ke sukar dari umum ke rinci.

2.      Metode Iqro’
Berkembang di Indonesia dan terdiri dari Iqro’ 1 – 6.

3.      Metode Qiro’-ati
Lebih menekankan pada pemahaman tartil Al Qur’an.

4.      Metode Al Barqy
Metode yang dikembangkan oleh seorang dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel Surabaya pada tahun 1960.

5.      Metode Tilawati
Berkembang pada awal tahun 2000an.

6.      Metode Dirosa
Berkembang di daerah Gowa, Sulawesi pada tahun 2006. Kebanyakan cocok dengan orang dewasa yang belajar Al Qur’an.

7.      Metode Al Jauhar
Merupakan metode modern yang dikembangkan oleh ustad Arifin Nugroho beberapa tahun lalu. Metode ini menawarkan belajar Al Qur’an secara cepat. Metode yang digunakan sangat cocok dengan masyarakat melayu, karena menggunakan pendekatan huruf melayu ke dalam huruf arab. Misalkan antara huruf L dengan huruf Lam.


Maaf jika ada salah tulis. Maha benar Allah atas segala firmannya.

Wallahu ‘Alam.




Share This

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Apakah anda tertarik dengan forum ini? Hubungi kami di 085642337440 -wahyu-. Salam Akhlak Mulia.



Designed By @wahyunurrohim