Khazanah Ensiklopedia Islam : Umur Berkualitas
Edisi Selasa, 31 Desember 2013.
Kita telah tiba di penghujung tahun 2013, besok kita menyambut 2014. Sebagai seorang muslim yang cerdas, kita harus lebih bijak memaknainya, bukan tentang perkara perayaan tahun baru dengan begadang dan hura – hura sampai tengah malam, melainkan sebuah introspeksi terhadap perjalanan kita di tahun 2013.
Sudah berapa besar amalan kita selama setahun ini? Lebih jauh lagi, seberapa besar amalan kita semasa hidup yang telah kita lalui? Apakah sudah sesuai dengan apa yang diajarkan oleh agama?. Ketahuilah, bahwasanya merenungi umur itu lebih baik bagimu, supaya kamu bukan termasuk orang – orang yang lalai.
Usia dan umur sejatinya berbeda dengan masa sekolah, yang mana kita dapat menentukan masa awal dan akhir. Tidak seperti halnya gaji, yang mana kita mampu menentukan seberapa besar jumlahnya. Bukan pula seperti sebuah perjalanan, yang sudah kita ketahui dimana awal dan tujuannya.
Seperti yang di ungkapkan oleh melalui surah Al Fatir (Pencipta) ayat 11 :
“Dan Allah menciptakan kamu dari tanah kemudian dari air mani, kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan perempuan). Tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan dengan sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah ditetapkan) dalam Kitab (Lauh Mahfuz). Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah”
Umur merupakan mutlak dari Allah, berapa bilangan umur kita telah ditentukan oleh Yang Maha Berdiri Sendiri. Sekarang, tinggal bagaimana kita menjalani umur kita dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan tuntunan-Nya.
Menurut Al Qur’an, manusia sejatinya akan mengalami lima fase kehidupan. Yaitu fase Ruh, kemudian di dalam Rahim, di dunia, di alam kubur dan terakhir di Akhirat. Dua fase telah kita lalui, sekarang kita berada di fase ketiga, yaitu dunia. Pada fase ini lah yang akan menentukan bagaimana kondisi kita di dua fase selanjutnya.
Menurut Rasulallah (pbuh), beliau mengibaratkan dunia sebagai suatu pohon besar dan rindang yang kita singgahi dalam suatu perjalanan yang melelahkan, kemudian kita bergegas meninggalkannya karena itu bukan tujuan utama kita. Tujuan kita adalah alam Akhirat, dimana kita tak akan mengalami kematian.
Perhatikanlah kandungan surah Al An’aam (Binatang Ternak) ayat 32 berikut :
“Dan kehidupan dunia ini, hanyalah permainan dan senda gurau. Sedangkan negeri akhirat itu, sungguh lebih baik bagi orang – orang yang bertaqwa. Tidakkah kamu mengerti?”
Hakikat Usia
Usia ialah sesuatu ketetapan, tinggal bagaimana kita menghiasinya dengan perbanyak dzikir, taubat, mengingat dosa kita yang telah lalu, agar kita tidak termasuk orang – orang yang lalai. Lakukan lah sekarang juga, jangan memperdulikan seberapa besar dosa kita dimasa lalu. Karena bahwasanya, dosa kita telah diampuni oleh Allah jika kita mampu menyikapi sebuah cobaan dengan bersabar.
Rasulallah bersabda,
“…….jika engkau sabar menghadapi cobaan dari Allah, maka sesungguhnya telah terampuni dosamu yang telah lalu. Meskipun cobaan itu hanya berupa kaki yang tersandung …..”
Sudah sewajarnya kita membelanjakan umur kita dengan sebaik – baiknya, dalam upaya untuk mendekatkan diri kepada-Nya, agar kita diberi kenyamanan hidup di Surga Allah Subhanallahu Wata’alla.
Tingkatan Umur Manusia
Islam membagi umur manusia menjadi beberapa golongan, bayi saat kita dalam buaian, balita saat umur belum genap 5 tahun, baligh saat mengerti baik dan buruk, muda sebelum umur 40 tahun dan dewasa ketika umur telah berkepala empat.
Islam memandang umur 40 sebagai usia matang, mengacu pada kehidupan Rasulallah, beliau diangkat menjadi nabi oleh Allah saat berumur 40 tahun. Begitu pula nabi-nabi sebelum beliau. Karena pada saat usia dewasa, kita sudah mampu bersikap bijaksana dalam menyikapi permasalahan. Mengacu pada pengalaman usia muda dan menikah yang telah ia lalui.
Bagaimana sikap kita di usia dewasa sangat bergantung kepada bagaimana kita menghabiskan masa muda. Masa muda ialah suatu masa ketika kita sedang bersemangat, menyuarakan keadilan, idealisme dan suka menunjukkan eksistensi diri dalam komunitas.
Agar masa muda kita penuh berkah dan menfaat, ingatlah lima perkara sebelum lima perkara. Muda sebelum dirimu tua, sehat sebelum sakit, kaya sebelum engkau fakir, waktu luang sebelum datang waktu sibukmu, dan terakhir hidup sebelum datang matimu.
Islam membutuhkan sosok pemuda yang memiliki idealisme, berkarakter dan yang berani menegakkah syariat islam, dimanapun ia berada. Ia memiliki keberanian dan kecerdasan dalam berdakwah, bukan beramai-ramai dan melakukan razia yang sesungguhnya bertentangan dengan undang – undang, sehingga mencoreng nama islam sebagai agama yang rahmatan lil alamin.
Pemuda yang kita harapkan laiknya pemuda yang merumuskan sumpah pemuda, yang memahami kandungan agamanya, sehingga mampu memahami dan mengamalkan pancasila sila ketuhanan yang maha Esa dengan baik dan benar. Berani melawan sekulerisme barat yang menyengsarakan. Baik itu kapitalisme ekonomi, rasionalitas pendidikan maupun humanism dan pluralism dalam tatanan sosial budaya dan masyarakat.
Optimis
Sebagai sebuah bangsa yang besar, kita tidak boleh pesimis tentang kondisi pemuda di Negara kita. Karena mereka tak melulu tentang tawuran dan geng motor seperti yang disajikan oleh televisi. Masih banyak diluar sana pemuda Indonesia yang berpprestasi diberbagai bidang, masih banyak pula pemuda yang mau mentadaburi Al Qur’an dan memakmurkan masjid.
Oleh sebab itu, mutlak diperlukan pembimbingan kepada anak agar kelak menjadi pemuda yang mencintai Allah dan Allahpun ridho padanya. Memang tidak mudah mendidik anak agar menjadi sholeh atau sholehan. Semuanya harus dimulai dari orang tua, karena orang tua yang berakhlak mulia akan melahirkan anak yang mulia pula. Buatlah rumah sebagai tempat ternyaman bagi sang anak.
Semua orang tua pasti ingin memiliki anak yang membanggakan. Bukan hanya yang berhasil merebut medali prestasi suatu kejuaraan, tetapi anak yang memiliki sifat sopan dan baik hati kepada orang lain. Saat itulah, keberhasilan orang tua dalam mendidik anak.
Anak sholeh adalah tujuan dari setiap orang tua. Bagaimana tidak, anak sholeh pasti jelas hidupnya, bahagia dan jauh dari perkara pertikaian. Anak sholeh pula yang akan menjadi “rekening” orang tua ketika di alam kubur sekaligus sebagai pembuka pintu surga. Maka sudah seharusnya kita ber do’a kepada Allah agar diberikan kemudahan dalam mendidik anak.
“Ya Rabbi Habbli Minasholihin”, Ya Allah, berikanlah aku anak yang sholeh. Aamiin.
Umur Berkualitas
Umur yang berkualitas akan menjamin kita memperoleh kebahagiaan di alam kubur dan alam akhirat. Rasulallah bersabda.
“Umatku yang beruntung ialah mereka yang memiliki umur panjang dan panjang pula amal perbuatan baiknya”
Jangan kita menjadi seperti bangsa Yahudi, yang sangat tamak akan kehidupan dunia. Perhatikanlah kutipan surah Al Baqarah (Sapi Betina) ayat 96 berikut,
“Dan sungguh engkau (Muhammad) akan mendapati mereka (orang-orang Yahudi), manusia yang paling tamak akan kehidupan (dunia), bahkan (lebih tamak) dari orang-orang Musyrik*. Masing - masing dari mereka ingin diberi umur seribu tahun, padahal umur panjang itu tidak akan menjauhkan mereka dari azab. Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan”
*orang Musyrik adalah orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lain.
Semoga kita senantiasa berada di dalam lindungan Allah. Jangan sampai kita mensia-sia kan umur yang telah Allah tetapkan atas kita. Dunia hanya persinggahan, sesuatu yang harus kita tinggalkan karena dunia bukan tujuan kita. Tujuan kita adalah surga Allah yang disiapkan bagi mereka yang bertaqwa dan mangajak kepada kebaikan.
Maaf kalau ada salah kata atau salah ketik (typo). Kesempurnaan hanya milik Allah. Mari kita saling menasehati dalam kebajikan.
Wallahu a’lam. Maha benar Allah atas segala firmannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar